BANDUNG, polban.ac.id – Saat ini penggunaan kapsul lunak meningkat cukup pesat karena dapat diaplikasikan dalam banyak produk seperti obat-obatan, suplemen kesehatan, vitamin, dan mineral. Selain aspek permesinan, khususnya dalam hal pengisian bahan, proses enkapsulasi dan pengeringannya, komponen kunci dari kapsul lunak adalah material yang berfungsi sebagai plasticizer dan digunakan untuk membuat bagian luar kapsul menjadi elastis serta lentur namun masih memiliki sifat yang dapat meminimalkan kerapuhan dan mencegah keretakan.
Riset-riset farmasi dan produk obat modern asli Indonesia sebagian besar bertumpu pada kekayaan alam nusantara. Produk yang dihasilkan dari bahan alam ini umumnya memiliki kelemahan dari sisi stabilitasnya karena mudah teroksidasi serta peka pada perubahan suhu dan lingkungan. Dengan dibuat menjadi bentuk kapsul lunak maka stabilitas produk bahan alam tersebut sekaligus akan dapat diperbaiki dan ditingkatkan karena ia akan ada di bagian dalam dari kapsul lunak dan akan terlindungi oleh material yang bertindak sebagai kulit terluar dari kapsul lunak tersebut.
Mesin enkapsulasi yang tersedia di pasaran umumnya menggunakan mekanisme rotary die untuk memproduksi kapsul cangkang lunak gelatin dengan kapasitas yang besar. Mesin enkapsulasi yang saat ini banyak dipakai di industri mempunyai kapasitas menghasilkan kapsul lunak mulai jutaan, puluhan juta sampai ratusan juta per bulan. Jika alat tersebut digunakan untuk uji coba suatu formulasi pengembangan produk kapsul dalam skala percobaan di laboratorium akan memerlukan bahan dalam skala besar, waktu setup yang lebih lama, dan biaya eksperimen yang tinggi. Pada pengembangan produk kapsul di laboratorium, khususnya kapsul dengan cangkang lunak non-gelatin dibutuhkan mesin dengan kecepatan yang lambat atau dapat diatur agar proses dapat kontinyu sehingga membutuhkan kontrol temperatur pada pembentukan film agar massa tidak membentuk gel sebelum proses casting/pembentukan lembaran film terjadi.
Melalui Skema Riset Keilmuan Terapan Dosen PT Vokasi Tahun 2021/2022 terbentuk tim periset Enkapsulasitek-Polban dari Politeknik Negeri Bandung yang diketuai oleh Dr. Budi Triyono, S.S.T., M.T., dan beranggotakan Undiana Bambang, S.S.T., M.T., Drs. Edi Wahyu Sri Mulyono, M.Si., Apt., Dadan Nurdin Bagenda, S.T., M.T., Albert Daniel Saragih, M.Sc., Ph.D., dan Aqil Mubarak Suherman, S.S.T. Dalam kegiatan riset keilmuan terapan ini, desain mesin enkapsulasi skala laboratorium yang akan dicobakembangkan harus sesuai dengan karakteristik formula cangkang khususnya pada karakteristik viskositas dan titik leleh serta karakteristik massa isi atau viskositas massa. Disain dan pengembangan mesin enkapsulasi dalam riset terapan ini meneruskan atau merupakan pengembangan dari paten milik Lembaga Pengembangan Inovasi dan Kewirausahaan (LPIK) ITB dan para inventornya. Pengembangan yang dilakukan merupakan kerjasama antara tim riset Politeknik Negeri Bandung, LPIK ITB dan para inventor paten, serta PT. Virtus Analitika Mitratama (PT. VAM).
Tim Riset Enkapsulasitek-Polban merupakan kolaborasi dosen dan mahasiswa dari tiga prodi berbeda yang berasal dari tiga jurusan di Politeknik Negeri Bandung, yaitu jurusan teknik mesin, teknik kimia, dan teknik elektronika. Kolaborasi tim di penelitian ini dalam menghasilkan prototipe mesin enkapsulasi merupakan good practice yang bisa menjadi percontohan untuk meningkatkan atmosfir riset dan kolaborasi antar prodi di politeknik atau di Perguruan Tinggi Penyelenggara Pendidikan Vokasi (PTPPV), khususnya Polban.
Hasil penelitian telah dapat dimanfaatkan oleh lembaga riset atau industri, khususnya UMKM bidang Obat Modern Asli Indonesia (OMAI), walaupun masih membutuhkan riset kolaboratif lanjutan untuk meningkatkan kinerja dan kehandalam mesin serta mengembangkan komoditas dan produksi obat asli Indonesia, khususnya untuk produksi obat herbal cair yang membutuhkan kemasan dalam bentuk kapsul lunak seperti ekstrak jahe, virgin oil, minyak ikan, vitamin E, ekstrak mengkudu, ektrak buah merah, ekstrak daun jambu, dan lain-lain.
Proses manufaktur komponen-komponen mesin enkapsulasi selanjutnya dapat melibatkan UMKM bidang manufaktur di sekitar Kampus Polban yang diiringi dengan pembinaan terkait hal-hal teknis dan kontrol kualitas agar dapat dihasilkan mesin enkapsulasi buatan dalam negeri secara efektif dan efisien dengan kualitas baik, handal, dan harga bersaing. Hal ini sebagai salah satu bentuk pengabdian dan kontribusi terhadap perkembangan teknologi dan ekonomi masyarakat di sekitar Kampus Polban. /Budi Triyono