BANDUNG, polban.ac.id – Ketua Tim Pengabdian Masyarakat Polban, Sri Wuryanti, berkolaborasi dengan Ketua Departemen Teknik Elektro Universitas Nasional Timor Timur, Joao Guterres pada bulan Juli 2024 lalu. Kolaborasi ini melibatkan pelatihan simulasi desain pembangkit listrik tenaga surya. Program ini bertujuan untuk meningkatkan teknologi energi dan menghasilkan sumber daya yang kompeten di bidang teknologi pembangkit listrik tenaga surya.
Timor Leste memiliki iklim tropis kering dengan curah hujan sedang, yang memungkinkan penduduknya memanfaatkan matahari sebagai sumber energi, sehingga teknologi pembangkit listrik tenaga surya dapat diterapkan. Melalui program pengabdian masyarakat yang diselenggarakan oleh Pusat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (P3M) Politeknik Negeri Bandung, tim gabungan P3M dari tiga program studi di Jurusan Teknik Konversi Energi (JTKE) melakukan kegiatan pelatihan menggunakan simulasi untuk optimasi pembangkit listrik tenaga surya. Sebagai hasil dari pelatihan ini, mahasiswa dari Departemen Teknik Elektro UNTL kini dapat mengoptimalkan pengembangan pembangkit listrik tenaga surya.
Pembangkit listrik tenaga surya memanfaatkan sinar matahari untuk menghasilkan listrik arus searah (DC), yang dapat diubah menjadi listrik arus bolak-balik (AC) .Oleh karena itu, dalam cuaca berawan, selama masih ada cahaya, pembangkit listrik tenaga surya masih dapat menghasilkan listrik.
Desain dilakukan dengan melakukan simulasi terlebih dahulu untuk mengoptimalkan model sistem pembangkit listrik skala kecil (pembangkit listrik mikro). Perangkat lunak ini memfasilitasi evaluasi desain sistem pembangkit listrik untuk berbagai jenis pembangkit listrik skala kecil, baik yang terhubung ke jaringan listrik maupun tidak. Perangkat lunak digunakan untuk perhitungan keseimbangan energi pada setiap konfigurasi sistem yang dipertimbangkan selanjutnya menentukan konfigurasi yang layak, mengevaluasi kemampuan untuk memenuhi permintaan listrik dalam kondisi tertentu. Perangkat lunak juga memperkirakan biaya instalasi dan pengoperasian sistem selama masa proyek. Sistem menghitung biaya seperti biaya modal, biaya penggantian, biaya operasi dan pemeliharaan, biaya bahan bakar, dan bunga. Perangkat lunak bekerja dalam tiga langkah utama: simulasi, optimasi, dan analisis sensitivitas.
Materi pelatihan dibagi menjadi pelatihan desain pembangkit listrik tenaga surya off-grid dan on-grid. Pelatihan berlangsung selama 8 jam dan diikuti oleh 25 mahasiswa. Berdasarkan hasil diskusi antara mentor dan mahasiswa, 71% peserta menyatakan bahwa mereka memahami dan sangat puas dengan modul materi yang diberikan maupun penjelasan dari para mentor.
“Program ini menyoroti komitmen ketua Departemen Teknik Elektro UNTL untuk memperkuat hubungan internasional dan memupuk kerja sama dalam Teknologi Pembangkit Listrik Tenaga Surya,” ujar panitia Sekretariat Departamento de Engenharia Electronica e Electrica, Fakultas Teknik, UNTL.
Sri Wuryanti, Ketua Tim Pengabdian Masyarakat Polban, menyatakan, “Kolaborasi ini merupakan langkah awal yang sangat positif dalam mengembangkan potensi energi terbarukan di Timor Leste, khususnya melalui pembangkit listrik tenaga surya. Kami sangat mengapresiasi antusiasme para peserta dan dukungan dari UNTL dalam pelaksanaan program ini.”
Beliau juga menambahkan, “Tim kami siap melanjutkan kolaborasi ini ke tahap berikutnya, termasuk mengajarkan peserta bagaimana membangun pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) secara langsung. Namun, agar pelatihan ini berjalan lebih optimal, kami berharap adanya peningkatan dukungan dana setidaknya dua kali lipat, yang akan digunakan untuk pembelian peralatan penting seperti sel surya, inverter, control box, baterai, serta komponen-komponen lainnya.” (SW/RF/dhit)